TUGAS MAKALAH KMB III
FURUNKEL (bisul)
Disusun oleh : Kelompok
10
Nama : 1. Rio
Chandra
2. Ela
DOSEN PEMBIMBING
Ns. Siska Iskandar, S.Kep
AKADEMI KESEHATAN SAPTA
BAKTI BENGKULU
PRODI DIII
KEPERAWATAN
TH. AJARAN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini
dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i
akper maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah
ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah
Keperawatan KMB III dengan
judul “FURUNKEL (bisul)”. Dalam
penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun
dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.
Bengkulu, Maret 2013
Penulis
ii
DAFTAR
ISI
Hal
Cover. ........................................................................................................ i
Kata
Pengantar.......................................................................................... ii
Daftar isi..................................................................................................... iii
a.
BAB
I : Pendahuluan
·
Latar
belakang………………………………………………. 1
·
Tujuan……………………………………………………….. 1
b.
BAB
II : Tinjauan Teori
·
Definisi
furunkel…………………………………………….. 2
·
Etiologi………………………………………………………. 2
·
Manifestasi
klinis……………………………………………. 3
·
Patofisiologi…………………………………………………. 3
·
WOC………………………………………………………… 5
·
Penatalaksanaan
medis………………………………………. 6
·
Pencegahan………………………………………………….. 7
·
Komplikasi…………………………………………………... 8
·
Konsep
ASKEP……………………………………………… 9
C. BAB III : Penutup
·
Kesimpulan………………………………………………….. 15
·
Saran………………………………………………………… 15
Daftar
Pustaka………………………………………………………… 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar belakang
Furunkel
merupakan satu jangkitan kulit yang biasa terjadi pada neonatus, biasanya juga
merupakan radang atau infeksi yang disebabkan oleh kuman atau bakteri
staphylococcus aureus. bila ada gatal pada kulit lalu di garuk sedangkan
kebersihan kurang terjaga, sehingga bakteri akan masuk dan terjadi infeksi, dan
menimbulkan furunkel atau bisul.
Furunkel
mungkin saja muncul sejak bayi bahkan pada bayi baru lahir. Ibu-ibu terutama
yang baru punya anak umumnya takut memandikan dan mengeramasi bayinya. Pada
bayi kulitnya masih dalam tahap perkembangan dan penyempurnaan, fungsinya belum
berlangsung dengan baik, sehingga rentang terhadap berbagai gangguan dari
lingkungan. Fungsi kulit bayi yang masih dalam perkembangan ini dan belum
sempurnanya berbagai fungsi komponen-komponen penting pada kulit, membuat si
kecil mudah sekali terserang organisme seperti virus bakteri dan jamur.
b.
Tujuan,
-
Tujuan umum :
1.
Mampu
menjelaskan apa yang dimaksud dengan furunkel!
-
Tujuan khusus :
1. Mampu menjelaskan definisi furunkel
2. Mampu menjelaskan etiologi/penyebab
penyakit
furunkel
3. Mampu menjelaskan manifestasi klinis
dan
pengobatan penyakit furunkel
4. Mampu menjelaskan Asuhan keperawatan
penyakit furunkel.
BAB II
TINJAUAN TEORI
a.
Definisi
1.
Furunkel adalah Infeksi akut dari satu folikel rambut
yang biasanya mengalami nekrosis disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
(Kliegman,
ann M. Arvin )
2.
Furunkel merupakan
tonjolan yang nyeri dan berisi nanah yang terbentuk dibawah kulit ketika
bakteri menginfeksi dan menyebabkan inflamasi pada satu atau lebih folikel
rambut. Furunkel juga merupakan infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel
rambut dan jaringan subkutaneus disekitarnya.
(Richard E. Behrman)
3.
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan
jaringan yang disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
(Wilson
M. Lorraine)
Ø Kesimpulan :
·
Furunkel (bisul)
merupakan inflamasi akut yang timbul dalam
pada satu atau lebih folikel rambut dan menyebar ke lapisan dermis di
sekitarnya.
Kelainan ini lebih dalam daripada
folikulitis. (Furunkulosis mengacu
kepada lesi yang multiple atau rekuren). Furunkel dapat terjadi pada setiap
bagian tubuh kendati lebih prevalen pada daerah-daerah yang mengalami iritasi,
tekanan, gesekan dan perspirasi yang berlebihan, seperti bagian posterior
leher, aksila atau pantat (gluteus).
b.
Etiologi
Furunkel
dapat terjadi pada setiap bagian tubuh kendati lebih prevalen pada
daerah-daerah yang mengalami iritasi, tekanan, gesekan dan perspirasi yang
berlebihan, seperti bagian posterior leher, aksila atau pantat (gluteus).
Furunkel
dapat berawal sebagai “jerawat” yang kecil, merah, menonjol dan terasa sakit.
Kerapkali infeksi ini berlanjut dan melibatkan jaringan kulit serta lemak
subkutan dengan menimbulkan nyeri tekan, rasa sakit dan selulitis di daerah
sekitarnya. Daerah kemerahan dan indurasi menggambarkan upaya tubuh untuk
menjaga agar infeksi tetap terlokalisasi. Bakteri (biasanya stafilokokus)
menimbulkan nekrosis pada jaringan tubuh yang diserangnya. Terbentuknya bagian
tengah bisul yang khas terjadi beberapa hari kemudian. Kalau hal ini terjadi,
bagian tengah tersebut menjadi berwarna kuning atau hitam, dan bisul semacam
ini dikatakan oleh orang awam sebagai bisul “yang sudah matang”.
Adapun penyebab furunkel atau bisul
antara lain :
1.
Bakteri :
stafilokokus aureus, berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-1,5µm,
susunan
bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul, nonmotil, katalase positif,
pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu.
2. Bakteri lain atau jamur
Paling sering
ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha dan bokong. Akan terasa
sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung, telinga, atau jari-jari
tangan.
c.
Manifestasi Klinis
Mula-mula nodul kecil yang
mengalami peradangan pada
folikel rambut, kemudian menjadi pustula dan mengalami nekrosis dan menyembuh
setelah pus keluar dan meninggal sikatrik. Proses nekrosis dalam 2 hari – 3
minggu.
·
Nyeri, terutama
pada yang akut, besar, di hidung, lubang telinga luar.
·
Gejala
konstitusional yang sedang (panas badan, malaise, mual).
·
Dapat satu atau
banyak dan dapat kambuh-kambuh.
·
Tempat
predileksi : muka, leher, lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan,
pantat dan daerah anogenital.
d.
Patofisiologis dan WOC
Furunkel dapat berawal sebagai
“jerawat” yang kecil, merah, menonjol, dan terasa sakit. Sering kali infeksi
ini berlanjut dan melibatkan jaringan kulit serta lemak subkutan dengan
menimbulkan nyeri tekan, rasa sakit, dan selulitis di daerah sekitarnya. Daerah
kemerahan dan indurasi menggambarkan upaya tubuh untuk menjaga agar infeksi
tetap terlokalisasi. Bakteri (biasanya stafilococcus)
menimbulkan nekrosis pada jaringan tubuh yang diserangnya. Terbentuknya bagian
tengah bisul yang khas terjadi beberapa
hari kemudian. Kalau hal ini terjadi, bagian tengah tersebut menjadi
berwarna kuning atau hitam, dan bisul semacam ini dikatakan oleh orang awam
sebagai bisul “yang sudah matang”.
WOC Furunkel.
e.
Penatalaksanaan Medis
Dalam
penanganan infeksi stafilokokus, dinding-protektif indurasi yang melokalisasi
infeksi tidak boleh rupture. Karena itu, bisul atau jerawat tidak boleh
sekali-kali dipijit.
Kelainan
folikuler (folikulitis, furunkel, karbunkel) biasanya disebabkan oleh
stafilokokus kendati jika terdapat gangguan pada system kekebalan,
mikroorganisme penyebabnya bisa berupa basil gram-negatif.
Terapi
antibiotic sistemik, yang dipilih berdasarkan pemeriksaan sensitivitas, umumnya
diperlukan. Preparat oral kloksasilin, dikloksasilin dan flukloksasilin merupakan
obat pilihan pertama. Sefalosporin dan eritromisin juga efektif.
1.
Perawatan Suportif,
Pemberian cairan infuse, kompres untuk demam dan tindakan
suportif lainnya, diperlukan pada pasien-pasien yang sakitnya berat atau yang
menderita toksisitas. Kompres basah dan hangat akan meningkatkan vaskularisasi
serta mempercepat kesembuhan furunkel atau karbunkel. Kulit di sekeliling lesi
dapat dibersihkan secara hati-hati dengan sabun antibakteri dan kemudian
diolesi dengan salep antibiotic.
2.
Ekstraksi,
Kalau pus sudah terlokalisasi dan bersifat fluktuan
(bergerak dengan gelombang yang dapat diraba), tindakan insisi kecil dengan
scalpel akan mempercepat kesembuhan karena tegangan akan berkurang dan evakuasi
pus serta jaringan nekrotik yang lepas terjadi secara langsung. Kepada pasien
diberitahukan agar menjaga drainase lesi yang di tutupi dengan kasa.
3.
Tindakan Anti-Infeksi,
Kasa yang sudah kotor
harus ditangani dengan tindakan penjagaan yang universal. Petugas keperawatan
harus mematuhi tindakan isolasi dengan seksama agar tidak menjadi karier
stafilokokus. Sarung tangan disposable harus dikenakan ketika merawat
pasien-pasien ini.
·
Tindakan
penjagaan yang khusus harus dilaksanakan dalam perawatan bisul di daerah wajah
karena kulit di daerah tersebut mengalirkan darahnya langsung ke dalam
sinu-sinus venosus kranialis. Thrombosis sinus dengan piemia yang fatal
diketahui pernah terjadi setelah dilakukan manipulasi bisul di tempat ini.
Tirah baring dianjurkan
bagi pasien yang menderita bisul di daerah perineum atau anus, dan terapi
antibiotic sistemik diperlukan untuk mengendalikan penyebaran infeksi.
f.
Pencegahan
Baik bisul furunkel maupun karbunkel bisa dicegah
dengan cara menjaga kebersihan kulit,salah satunya dengan menggunakan sabun
anti bakteri. Bayi dan anak-anak merupakan yang paling sering diserang karena
anak-anak biasanya sering bermain dan sering kotor.
Jika
sudah timbul bisul maka jangan dipencet. Ada pemahaman bahwa bisul ditunggu
hingga bernanah lalu dipencet. Padahal tidak begitu pada faktanya. Hal ini akan
memperparah karena menyebabkan kerusakan jaringan lainnya yakni kulit yang
berongga. Penggunaan obat-obatan seperti salap sangat dianjurkan. Selain itu,
bisa disertai dengan konsumsi antibiotic yang diminum. Tetapi pemberian
obat-obatan antibiotic tersebut haruslah disertai dengan resep dokter.
Anda
juga sebaiknya mengompresnya dengan air hangat sesegera mungkin. Cara lain juga
bisa dengan merendam bagian tubuh yang timbul bisul dengan air garam. Hal ini
karena air garam memiliki antibiotic yang bisa meredakan bisul secara tidak
langsung. Maka dari itu, tahan diri untuk tidak memencetnya karena bisa
mengakibatkan peradangan. Jangan pula digaruk jika terjadi gatal-gatal.
Cara
yang paling penting dan utama adalah dengan menjaga kebersihan tubuh dan
lingkungan. Jika kondisi tubuh bersih maka bisul pun tidak akan timbul.
g.
Komplikasi
Berikut adalah
beberapa komplikasi furunkel:
a. furunkel
malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh
bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam
intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena
tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang
nantinya bisa menjadi meningitis.
b. selulitis bisa terjadi apabila
furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
c. bakterimia dan hematogen : bakteri
berada di dalam darah dapat mengenai katup jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ
viseral khususnya ginjal
d. furunkel yang berulang, hal ini
disebabkan oleh higine yang buruk.
h.
Konsep ASKEP
1.
Pengkajian Medis
Ø Identitas
1.
Nama :
2.
Umur
:
3.
Jenis
kelamin :
4.
Agama
dan suku bangsa :
Ø Keluhan Utama
1.
Nyeri
pada daerah peradangan folikel rambut
2.
Badan
panas,gatal-gatal pada kulit
3.
Gangguan
pencernaan seperti mual, malaise dan muntah
4.
Malu
dengan kondisi sakitnya,menarik diri.
Ø Riwaya penyakit sekarang
Pasien tampak malu,menggaruk-garuk
di kulit, kulit tampak luka,suhu meningkat.
Ø Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada keluarga riwayat
penyakit yang dialami pasien seperti: apakah pasien sebelumnya pernah mengalami
penyakit yang sama dan apakah keluarga mempunyai penyakit yang sama.
Ø Riwayat penyakit dalam keluarga
Apakah pasien mempunyai riwayat
penyakit keturunan dalam keluarganya.
2.
Diagnosa
a)
Nyeri b.d.
respons inflamasi local sekunder dari kerusakan saraf perifer kulit.
b)
Hipertermi b.d.
respons inflamasi sistemik, respons sekunder dari proses supurasi local.
c)
Kerusakan
integritas jaringan kulit b.d. nekrosis local sekunder dari akumulasi pus pada
jaringan folikel rambut.
d)
Kebutuhan
pemenuhan informasi b.d. tidak adekuat sumber informasi, ketidaktahuan program
perawatan dan pengobatan.
3.
Intervensi
Nyeri b.d.
respons inflamasi local saraf perifer kulit
|
|
Tujuan: Dalam
waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
-
Secara subjektif melaporkan
nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri
0-1 (0-4).
-
Dapat mengidentifikasi
aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
-
Pasien tidak gelisah
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST.
|
Menjadi
parameter dasar mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai
evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperawatan.
|
Jelaskan
dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninfasif.
|
Pendekatan
dengan menggunakan relaksasi dan non farmakologi lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.
|
Beri kompres hangat.
|
Untuk
mempercepat pematangan furunkel (bisul), kompres dengan kain basah dan hangat
sekitar 20 menit. Lakukan 3 kali sehari.
|
Lakukan
manajemen nyeri keperawatan:
·
Atur posisi fisiologis
·
Istirahat klien
·
Manajemen lingkungan:
lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
·
Ajarkan teknik relaksasi
pernafasan dalam.
·
Ajarkan teknik distraksi pada
saat nyeri.
·
Lakukakan manajemen sentuhan.
|
Posisi
fisiologis akan meningkatkan asupan oksigen ke jaringan yang mengalami
iskemia. Pengaturan posisi idealnya adalah pada arah yang berlawanan dengan
letak dari furunkel.
Istirahat
diperlukan selama fase akut dan setelah dilakukan ekstraksi pus dengan
drainase. Kondisi ini akan meningkatkan suplai darah pada jaringan yang
mengalami
peradangan.
Lingkungan
tenang akan menurunkan stimulus nteri eksternal dan pembatasan pengunjung
akan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada diruangan.
Meningkatkan
asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.
Distraksi
(pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorphin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi
nyeri.
Manajemen
sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan
otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan
sensasi nyeri.
|
Kolaborasi untuk ekstraksi pus.
|
Ekstraksi
untuk mengevakuasi pus dengan tindakan insisi kecil dengan scalpel akan
mempercepat kesembuhan karena tegangan akan berkurang dan evakuasi pus serta
jaringan nekrotik yang lepas terjadi secara langsing.
|
Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian analgetik
|
Analgetik
memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.
|
Kerusakan
integritas jaringan kulit b.d. nekrosis local sekunder dari akumulasi pus
pada jaringan folikel rambut.
|
|
Tujuan: Dalam
5x24 jam integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria evaluasi:
-
Pertumbuhan jaringan meningkat,
keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji
kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien
|
Menjadi
data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan luka, alat apa
yang akan dipakai dan jenis larutan apa yang akan digunakan.
|
Lakukan
perawatan luka:
·
Lakukan perawatan luka dengan
tehnik steril.
·
Kaji keadaan luka dengan tehnik
membuka balutan dengan mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat kasa
diguyur dengan NaCl.
·
Lakukan pembilasan luka dari
arah dalam keluar dengan cairan NaCl.
·
Tutup luka dengan kasa
antimikroba steril dan dikompres dengan NaCl.
·
Lakukan nekrotomi.
|
Perawatan
luka dengantehnik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area
luka.
Manajemen
membuka luka dengan menguyur larutan NaCl ke kasa dapat mengurangi stimulus
nyeri.
Tehnik
membuang jaringan dan kuman di area luka dan diharapkan keluar dari area
luka.
NaCl
merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan
dibandingkan dengan larutan antiseptic, serta dicampur dengan antibiotic agar
dapat mempercepat penyembuhan luka.
Jaringan
nekrotik pada luka furunkel akan memperlambat perbaikan jaringan.
|
Tingkatkan asupan nutrisi
|
Diet
TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertumbuhan
jaringan.
|
Evaluasi
kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan.
|
Apabila
masih belum mencapai dari criteria evaluasi 15x24 jam, maka perlu dikaji
ulang factor-faktor menghambat pertumbuhan luka.
|
Kebutuhan pemenuhan informasi b.d. tidak
adekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan
|
|
Tujuan:
Terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit.
Kriteria
evaluasi:
-
Mengungkapkan pengertian
tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan
komplikasi.
-
Mengenal perubahan gaya
hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Beritahukan pasien/orang terdekat
mengenai dosis, aturan, dan efek pengobatan.
|
Informasi dibutuhkan untuk
meningkatkan perawatan diri, untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan,
dan mencegah komplikasi.
|
Jadwalkan control
ulang.
|
Mengatur tindak lanjut
kunjungan dalam waktu 2 minggu untuk memeriksa respons terhadap pengobatan.
|
Anjurkan untuk tidak
memencet/menekan bisul.
|
Apabila furunkel pecah,
cairannya dapat menyebarkan kuman ke sekitar kulit yang normal.
|
Jelaskan cara
perawatan kebersihan diri.
|
Menurunkan respons penularan
infeksi.
Kebersihan pribadi yang baik,
termasuk mandi, mencuci tangan, serta menjaga kuku pendek dan bersih dapat
mengurangi risiko folikulitis. Memakai pakaian longgar daripada ketat
membantu mengurangi gesekan pada kulit terutama folikel rambut.
|
Kebutuhan pemenuhan informasi b.d. tidak
adekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
Anjurkan aktifitas dan kegiatan
untuk meningkatkan imunitas.
|
Jika kelebihan berat badan,
anjurkan untuk mengurangi berat badan dan berolahraga secara teratur.
Anjurkan diet sehat seimbang
dengan daging, banyak buah, dan sayuran.
Bila mengalami kekurangan zat
besi, anjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi agar dapat membantu
meningkatkan imunitas.
|
Anjurkan untuk
menjaga higienis individu.
|
Cuci seluruh tubuh
anda sekali sehari dengan sabun antiseptic atau sabun antibakteri. Cuci
tangan anda beberapa kali sehari.
Jangan berbagi handuk
dengan anggota keluarga lainnya.
Ganti pakaian dan
pakaian dalam anda secara teratur.
|
BAB
III
PENUTUP
Ø Kesimpulan :
Furunkel
(bisul) merupakan inflamasi akut yang timbul dalam pada satu atau lebih
folikel rambut dan menyebar ke lapisan dermis di sekitarnya.
Kelainan ini lebih dalam daripada
folikulitis. (Furunkulosis mengacu
kepada lesi yang multiple atau rekuren). Furunkel dapat terjadi pada setiap
bagian tubuh kendati lebih prevalen pada daerah-daerah yang mengalami iritasi,
tekanan, gesekan dan perspirasi yang berlebihan, seperti bagian posterior
leher, aksila atau pantat (gluteus).
Ø Saran :
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh
dari sempurna,untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak selalu penulis harapkan.Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Muttaqin
Arif,dkk.2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.Jakarta:
Salemba Medika
Suzanne
C.Smeltzer dan Brenda G.Barc.2001. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi
8. EGC
Price
S.S. dan Wilson L.M.1995.Patofisiologi,Konsep Klinis Proses –proses
Penyakit.Edisi 4. Jakarta: EGC
Arndt
K.A., Robinson J.K., Wintroub B.U., dan LeBoit P.E. 1997. Dermatology:Cutaneous
Medicine and Surgery in Primary Care. Philadelphia: WB Saunders
Burd
R.2006. Furunkel. In: Lebwohl M.G., Heymann W.R., Bert-Jones J.et
al.Treatment of Skin Disease: Comprehensive Therapeutic Strategies.
London:Mosby
Tidak ada komentar:
Posting Komentar