Selamat Datang!

Selasa, 12 Maret 2013

FURUNKEL (bisul)

TUGAS MAKALAH KMB III
FURUNKEL (bisul)









Disusun oleh : Kelompok 10
Nama               :  1.  Rio Chandra
                           2.  Ela
                       

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Siska Iskandar, S.Kep


AKADEMI KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN
TH. AJARAN 2013/2014







 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper  maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
            Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawatan KMB III dengan judul “FURUNKEL (bisul). Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
            Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.




Bengkulu,    Maret  2013



Penulis




ii










DAFTAR ISI
                                                                                                         Hal
Cover. ........................................................................................................    i
Kata Pengantar..........................................................................................    ii
Daftar isi.....................................................................................................    iii
a.       BAB I : Pendahuluan
·         Latar belakang……………………………………………….           1
·         Tujuan………………………………………………………..          1

b.      BAB II : Tinjauan Teori
·         Definisi furunkel……………………………………………..         2
·         Etiologi……………………………………………………….          2
·         Manifestasi klinis…………………………………………….          3
·         Patofisiologi………………………………………………….          3
·         WOC…………………………………………………………           5
·         Penatalaksanaan medis……………………………………….         6
·         Pencegahan…………………………………………………..          7
·         Komplikasi…………………………………………………...          8
·         Konsep ASKEP………………………………………………          9
C.   BAB III : Penutup
·         Kesimpulan…………………………………………………..          15
·         Saran…………………………………………………………           15

Daftar Pustaka………………………………………………………… 16

iii




BAB I
PENDAHULUAN
  
 
a.      Latar belakang
Furunkel merupakan satu jangkitan kulit yang biasa terjadi pada neonatus, biasanya juga merupakan radang atau infeksi yang disebabkan oleh kuman atau bakteri staphylococcus aureus. bila ada gatal pada kulit lalu di garuk sedangkan kebersihan kurang terjaga, sehingga bakteri akan masuk dan terjadi infeksi, dan menimbulkan furunkel atau bisul.
Furunkel mungkin saja muncul sejak bayi bahkan pada bayi baru lahir. Ibu-ibu terutama yang baru punya anak umumnya takut memandikan dan mengeramasi bayinya. Pada bayi kulitnya masih dalam tahap perkembangan dan penyempurnaan, fungsinya belum berlangsung dengan baik, sehingga rentang terhadap berbagai gangguan dari lingkungan. Fungsi kulit bayi yang masih dalam perkembangan ini dan belum sempurnanya berbagai fungsi komponen-komponen penting pada kulit, membuat si kecil mudah sekali terserang organisme seperti virus bakteri dan jamur.


b.      Tujuan,
-          Tujuan umum        : 
1.      Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan furunkel!
-          Tujuan khusus       :
1.     Mampu menjelaskan definisi furunkel
2.      Mampu menjelaskan etiologi/penyebab penyakit
       furunkel
3.      Mampu menjelaskan manifestasi klinis dan
       pengobatan penyakit furunkel
4.      Mampu menjelaskan Asuhan keperawatan
       penyakit furunkel.






BAB II
TINJAUAN TEORI

a.      Definisi
1.      Furunkel adalah Infeksi akut dari satu folikel rambut yang biasanya mengalami nekrosis disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
(Kliegman, ann M. Arvin )
2.      Furunkel merupakan tonjolan yang nyeri dan berisi nanah yang terbentuk dibawah kulit ketika bakteri menginfeksi dan menyebabkan inflamasi pada satu atau lebih folikel rambut. Furunkel juga merupakan infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus disekitarnya.
(Richard E. Behrman)
3.      Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan yang disekitarnya, yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
(Wilson M. Lorraine)

Ø  Kesimpulan   :
·         Furunkel (bisul) merupakan inflamasi akut yang timbul dalam pada satu atau lebih folikel rambut dan menyebar ke lapisan dermis di sekitarnya.
      Kelainan ini lebih dalam daripada folikulitis. (Furunkulosis mengacu kepada lesi yang multiple atau rekuren). Furunkel dapat terjadi pada setiap bagian tubuh kendati lebih prevalen pada daerah-daerah yang mengalami iritasi, tekanan, gesekan dan perspirasi yang berlebihan, seperti bagian posterior leher, aksila atau pantat (gluteus).

b.      Etiologi

                  Furunkel dapat terjadi pada setiap bagian tubuh kendati lebih prevalen pada daerah-daerah yang mengalami iritasi, tekanan, gesekan dan perspirasi yang berlebihan, seperti bagian posterior leher, aksila atau pantat (gluteus).
                  Furunkel dapat berawal sebagai “jerawat” yang kecil, merah, menonjol dan terasa sakit. Kerapkali infeksi ini berlanjut dan melibatkan jaringan kulit serta lemak subkutan dengan menimbulkan nyeri tekan, rasa sakit dan selulitis di daerah sekitarnya. Daerah kemerahan dan indurasi menggambarkan upaya tubuh untuk menjaga agar infeksi tetap terlokalisasi. Bakteri (biasanya stafilokokus) menimbulkan nekrosis pada jaringan tubuh yang diserangnya. Terbentuknya bagian tengah bisul yang khas terjadi beberapa hari kemudian. Kalau hal ini terjadi, bagian tengah tersebut menjadi berwarna kuning atau hitam, dan bisul semacam ini dikatakan oleh orang awam sebagai bisul “yang sudah matang”.
Adapun penyebab furunkel atau bisul antara lain :
1.      Bakteri : stafilokokus aureus, berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-1,5µm,  
susunan bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul, nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu.
2.      Bakteri lain atau jamur
                  Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha dan bokong. Akan terasa  
                  sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung, telinga, atau jari-jari tangan.

c.       Manifestasi Klinis
                  Mula-mula nodul kecil yang mengalami peradangan pada folikel rambut, kemudian menjadi pustula dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus keluar dan meninggal sikatrik. Proses nekrosis dalam 2 hari – 3 minggu.
·         Nyeri, terutama pada yang akut, besar, di hidung, lubang telinga luar.
·         Gejala konstitusional yang sedang (panas badan, malaise, mual).
·         Dapat satu atau banyak dan dapat kambuh-kambuh.
·         Tempat predileksi : muka, leher, lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan,  
      pantat dan daerah anogenital.

d.      Patofisiologis dan WOC
     
                  Furunkel dapat berawal sebagai “jerawat” yang kecil, merah, menonjol, dan terasa sakit. Sering kali infeksi ini berlanjut dan melibatkan jaringan kulit serta lemak subkutan dengan menimbulkan nyeri tekan, rasa sakit, dan selulitis di daerah sekitarnya. Daerah kemerahan dan indurasi menggambarkan upaya tubuh untuk menjaga agar infeksi tetap terlokalisasi. Bakteri (biasanya stafilococcus) menimbulkan nekrosis pada jaringan tubuh yang diserangnya. Terbentuknya bagian tengah bisul yang khas terjadi beberapa  hari kemudian. Kalau hal ini terjadi, bagian tengah tersebut menjadi berwarna kuning atau hitam, dan bisul semacam ini dikatakan oleh orang awam sebagai bisul “yang sudah matang”.
































     
WOC Furunkel.


 
























e.       Penatalaksanaan Medis

                  Dalam penanganan infeksi stafilokokus, dinding-protektif indurasi yang melokalisasi infeksi tidak boleh rupture. Karena itu, bisul atau jerawat tidak boleh sekali-kali dipijit.
                  Kelainan folikuler (folikulitis, furunkel, karbunkel) biasanya disebabkan oleh stafilokokus kendati jika terdapat gangguan pada system kekebalan, mikroorganisme penyebabnya bisa berupa basil gram-negatif.
                  Terapi antibiotic sistemik, yang dipilih berdasarkan pemeriksaan sensitivitas, umumnya diperlukan. Preparat oral kloksasilin, dikloksasilin dan flukloksasilin merupakan obat pilihan pertama. Sefalosporin dan eritromisin juga efektif.

1.      Perawatan Suportif,
            Pemberian cairan infuse, kompres untuk demam dan tindakan suportif lainnya, diperlukan pada pasien-pasien yang sakitnya berat atau yang menderita toksisitas. Kompres basah dan hangat akan meningkatkan vaskularisasi serta mempercepat kesembuhan furunkel atau karbunkel. Kulit di sekeliling lesi dapat dibersihkan secara hati-hati dengan sabun antibakteri dan kemudian diolesi dengan salep antibiotic.
2.      Ekstraksi,
            Kalau pus sudah terlokalisasi dan bersifat fluktuan (bergerak dengan gelombang yang dapat diraba), tindakan insisi kecil dengan scalpel akan mempercepat kesembuhan karena tegangan akan berkurang dan evakuasi pus serta jaringan nekrotik yang lepas terjadi secara langsung. Kepada pasien diberitahukan agar menjaga drainase lesi yang di tutupi dengan kasa.
3.      Tindakan Anti-Infeksi,
Kasa yang sudah kotor harus ditangani dengan tindakan penjagaan yang universal. Petugas keperawatan harus mematuhi tindakan isolasi dengan seksama agar tidak menjadi karier stafilokokus. Sarung tangan disposable harus dikenakan ketika merawat pasien-pasien ini.
·         Tindakan penjagaan yang khusus harus dilaksanakan dalam perawatan bisul di daerah wajah karena kulit di daerah tersebut mengalirkan darahnya langsung ke dalam sinu-sinus venosus kranialis. Thrombosis sinus dengan piemia yang fatal diketahui pernah terjadi setelah dilakukan manipulasi bisul di tempat ini.
Tirah baring dianjurkan bagi pasien yang menderita bisul di daerah perineum atau anus, dan terapi antibiotic sistemik diperlukan untuk mengendalikan penyebaran infeksi.


f.       Pencegahan

                  Baik bisul furunkel maupun karbunkel bisa dicegah dengan cara menjaga kebersihan kulit,salah satunya dengan menggunakan sabun anti bakteri. Bayi dan anak-anak merupakan yang paling sering diserang karena anak-anak biasanya sering bermain dan sering kotor.
                  Jika sudah timbul bisul maka jangan dipencet. Ada pemahaman bahwa bisul ditunggu hingga bernanah lalu dipencet. Padahal tidak begitu pada faktanya. Hal ini akan memperparah karena menyebabkan kerusakan jaringan lainnya yakni kulit yang berongga. Penggunaan obat-obatan seperti salap sangat dianjurkan. Selain itu, bisa disertai dengan konsumsi antibiotic yang diminum. Tetapi pemberian obat-obatan antibiotic tersebut haruslah disertai dengan resep dokter.
                  Anda juga sebaiknya mengompresnya dengan air hangat sesegera mungkin. Cara lain juga bisa dengan merendam bagian tubuh yang timbul bisul dengan air garam. Hal ini karena air garam memiliki antibiotic yang bisa meredakan bisul secara tidak langsung. Maka dari itu, tahan diri untuk tidak memencetnya karena bisa mengakibatkan peradangan. Jangan pula digaruk jika terjadi gatal-gatal.
                  Cara yang paling penting dan utama adalah dengan menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan. Jika kondisi tubuh bersih maka bisul pun tidak akan timbul.






g.      Komplikasi
Berikut adalah beberapa komplikasi furunkel:
a.       furunkel malignan : yaitu furunkel yang timbul pada daerah segitiga yang dibatasi oleh bibir atas dan pinggir lateral kedua mata, oleh karena dapat meluas ke dalam intra kranial melalui vena facialis dan anguular emissary dan juga pada vena tersebut tidak mempunyai katup sehingga menyebar ke sinus cavernosus yang nantinya bisa menjadi meningitis.
b.      selulitis bisa terjadi apabila furunkel menjadi lebih dalam dan meluas.
c.       bakterimia dan hematogen : bakteri berada di dalam darah dapat mengenai katup  jantung, sendi, spine, tulang panjang, organ viseral khususnya ginjal
d.      furunkel yang berulang, hal ini disebabkan oleh higine yang buruk.





















h.      Konsep ASKEP

1.      Pengkajian Medis
Ø  Identitas
1.      Nama                               :
2.      Umur                               :
3.      Jenis kelamin                   :
4.      Agama dan suku bangsa  :
Ø  Keluhan Utama
1.      Nyeri pada daerah peradangan folikel rambut
2.      Badan panas,gatal-gatal pada kulit
3.      Gangguan pencernaan seperti mual, malaise dan muntah
4.      Malu dengan kondisi sakitnya,menarik diri.
Ø  Riwaya penyakit sekarang
Pasien tampak malu,menggaruk-garuk di kulit, kulit tampak luka,suhu meningkat.

Ø  Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada keluarga riwayat penyakit yang dialami pasien seperti: apakah pasien sebelumnya pernah mengalami penyakit yang sama dan apakah keluarga mempunyai penyakit yang sama.

Ø  Riwayat penyakit dalam keluarga
Apakah pasien mempunyai riwayat penyakit keturunan dalam keluarganya.




2.      Diagnosa

a)      Nyeri b.d. respons inflamasi local sekunder dari kerusakan saraf perifer kulit.
b)      Hipertermi b.d. respons inflamasi sistemik, respons sekunder dari proses supurasi local.
c)      Kerusakan integritas jaringan kulit b.d. nekrosis local sekunder dari akumulasi pus pada jaringan folikel rambut.
d)     Kebutuhan pemenuhan informasi b.d. tidak adekuat sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan.

3.      Intervensi

Nyeri b.d. respons inflamasi local saraf perifer kulit
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
-          Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri
0-1  (0-4).
-          Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
-          Pasien tidak gelisah
Intervensi
Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST.
Menjadi parameter dasar mengetahui sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen nyeri keperawatan.
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninfasif.
Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan non farmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.
Beri kompres hangat.
Untuk mempercepat pematangan furunkel (bisul), kompres dengan kain basah dan hangat sekitar 20 menit. Lakukan 3 kali sehari.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan:
·         Atur posisi fisiologis




·         Istirahat klien




·         Manajemen lingkungan: lingkungan tenang dan batasi pengunjung.




·         Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam.

·         Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.





·         Lakukakan manajemen sentuhan.

Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan oksigen ke jaringan yang mengalami iskemia. Pengaturan posisi idealnya adalah pada arah yang berlawanan dengan letak dari furunkel.
Istirahat diperlukan selama fase akut dan setelah dilakukan ekstraksi pus dengan drainase. Kondisi ini akan meningkatkan suplai darah pada jaringan yang
mengalami peradangan.
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nteri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi oksigen ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada diruangan.
Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri.
Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri.
Kolaborasi untuk ekstraksi pus.
Ekstraksi untuk mengevakuasi pus dengan tindakan insisi kecil dengan scalpel akan mempercepat kesembuhan karena tegangan akan berkurang dan evakuasi pus serta jaringan nekrotik yang lepas terjadi secara langsing.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik
Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang.














Kerusakan integritas jaringan kulit b.d. nekrosis local sekunder dari akumulasi pus pada jaringan folikel rambut.
Tujuan: Dalam 5x24 jam integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria evaluasi:
-          Pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada luka tidak ada lagi, luka menutup.
Intervensi
Rasional
Kaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi pada klien
Menjadi data dasar untuk memberikan informasi intervensi perawatan luka, alat apa yang akan dipakai dan jenis larutan apa yang akan digunakan.
Lakukan perawatan luka:
·         Lakukan perawatan luka dengan tehnik steril.

·         Kaji keadaan luka dengan tehnik membuka balutan dengan mengurangi stimulus nyeri, bila melekat kuat kasa diguyur dengan NaCl.
·         Lakukan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan cairan NaCl.

·         Tutup luka dengan kasa antimikroba steril dan dikompres dengan NaCl.



·         Lakukan nekrotomi.


Perawatan luka dengantehnik steril dapat mengurangi kontaminasi kuman langsung ke area luka.
Manajemen membuka luka dengan menguyur larutan NaCl ke kasa dapat mengurangi stimulus nyeri.

Tehnik membuang jaringan dan kuman di area luka dan diharapkan keluar dari area luka.
NaCl merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah diabsorpsi oleh jaringan dibandingkan dengan larutan antiseptic, serta dicampur dengan antibiotic agar dapat mempercepat penyembuhan luka.
Jaringan nekrotik pada luka furunkel akan memperlambat perbaikan jaringan.
Tingkatkan asupan nutrisi
Diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan dari kebutuhan pertumbuhan jaringan.
Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan pertumbuhan jaringan.
Apabila masih belum mencapai dari criteria evaluasi 15x24 jam, maka perlu dikaji ulang factor-faktor menghambat pertumbuhan luka.








Kebutuhan pemenuhan informasi b.d. tidak adekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan
Tujuan: Terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit.
Kriteria evaluasi:
-          Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi.
-          Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Intervensi
Rasional
Beritahukan pasien/orang terdekat mengenai dosis, aturan, dan efek pengobatan.
Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan diri, untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan, dan mencegah komplikasi.
Jadwalkan control ulang.
Mengatur tindak lanjut kunjungan dalam waktu 2 minggu untuk memeriksa respons terhadap pengobatan.
Anjurkan untuk tidak memencet/menekan bisul.
Apabila furunkel pecah, cairannya dapat menyebarkan kuman ke sekitar kulit yang normal.
Jelaskan cara perawatan kebersihan diri.
Menurunkan respons penularan infeksi.
Kebersihan pribadi yang baik, termasuk mandi, mencuci tangan, serta menjaga kuku pendek dan bersih dapat mengurangi risiko folikulitis. Memakai pakaian longgar daripada ketat membantu mengurangi gesekan pada kulit terutama folikel rambut.











Kebutuhan pemenuhan informasi b.d. tidak adekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan
Intervensi
Rasional
Anjurkan aktifitas dan kegiatan untuk meningkatkan imunitas.
Jika kelebihan berat badan, anjurkan untuk mengurangi berat badan dan berolahraga secara teratur.
Anjurkan diet sehat seimbang dengan daging, banyak buah, dan sayuran.
Bila mengalami kekurangan zat besi, anjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi agar dapat membantu meningkatkan imunitas.
Anjurkan untuk menjaga higienis individu.
Cuci seluruh tubuh anda sekali sehari dengan sabun antiseptic atau sabun antibakteri. Cuci tangan anda beberapa kali sehari.
Jangan berbagi handuk dengan anggota keluarga lainnya.
Ganti pakaian dan pakaian dalam anda secara teratur.








BAB III
PENUTUP

Ø  Kesimpulan :
      Furunkel (bisul) merupakan inflamasi akut yang timbul dalam pada   satu atau lebih folikel rambut dan menyebar ke lapisan dermis di sekitarnya.
      Kelainan ini lebih dalam daripada folikulitis. (Furunkulosis mengacu kepada lesi yang multiple atau rekuren). Furunkel dapat terjadi pada setiap bagian tubuh kendati lebih prevalen pada daerah-daerah yang mengalami iritasi, tekanan, gesekan dan perspirasi yang berlebihan, seperti bagian posterior leher, aksila atau pantat (gluteus).

Ø  Saran            :
        Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari sempurna,untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.










DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin Arif,dkk.2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.Jakarta: Salemba Medika
Suzanne C.Smeltzer dan Brenda G.Barc.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. EGC
Price S.S. dan Wilson L.M.1995.Patofisiologi,Konsep Klinis Proses –proses Penyakit.Edisi 4. Jakarta: EGC
Arndt K.A., Robinson J.K., Wintroub B.U., dan LeBoit P.E. 1997. Dermatology:Cutaneous Medicine and Surgery in Primary Care. Philadelphia: WB Saunders
Burd R.2006. Furunkel. In: Lebwohl M.G., Heymann W.R., Bert-Jones J.et al.Treatment of Skin Disease: Comprehensive Therapeutic Strategies. London:Mosby

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar