Selamat Datang!

Rabu, 27 Maret 2013

Komunikasi Teraupetik KEP. JIWA Halusinasi





 KEPERAWATAN JIWA I
Komunikasi Teraupetik Pada pada Pasien Halusinasi





Disusun Oleh :

                                              1.  Rio Chandra
                                              2.  Sandra Sagita
                                              3.  Sefta Porena Sari
                                              4.  Simatro Awaludin
                                              5.  Supiana




AKADEMI KESEHATAN SAPTA BAKTI BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN
TA. 2012/2013







LAPORAN PENDAHULUAN



A.  Masalah Utama
      Gangguan Persepsi sensori halusianasi.

B.  Proses Terjadinya Masalah
1.    Pengertian
·      Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan).
·      Menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik.
·      Halusianassi adalah keadaan dimana individu / keloimpok beresiko mengalami suatu perubahan dalam jumlah dan pola stimulasi yang datang (Carpenito, 2000).

2.    Tanda dan Gejala
a)         Fase I (Menyenangkan)
Karakteristik :
-       Mengalami ansietas, rasa bersalah dan ketakutan
-       Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan rasa cemas
-       Perilaku dan pengalaman sensori masih dalam kontrol pikiran
-       Non psikotik
Perilaku pasien :
-       Tersenyum sendir, tertawa sendiri
-       Menggerakkan bibir tanpa bicara, respon verbal lambat
-       Diam dan berkonsentrasi




b)         Fase II (Menyalahkan)
Karakteristik :
-       Adanya pengalamn sensori yang menakutkan
-       Mulai merasa kehilangan kontrol
-       Merasa dilecehakan oleh pengalaman, menarik diri
-       Non psikotik
Perilaku pasien :
-       Meningkatnya denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
-       Perhatian dengan lingkungan kurang
-       Konsentrasi terhadap pengalaman sensori
-       Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi

c)         Fase III (Konsentrasi)
-       Bisikan dan suara-suara menonjol, menguasai dan mengontrol
-       Tingkat kecemasan berat
-       Pengalaman halusianasi tidak dapat ditolak lagi
Karakteristik :
-       Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
-       Klien kesepian bila pengalaman sensori berakhir
-       Isu halusianasi menjadi atraktif dan menarik
-       Klien terbiasa dengan halusinasinya dan tidak berdaya
-       Psikotik
Perilku Pasien :
-       Perintah halusinasi ditaati
-       Sulit berhubungan dengan orang lain
-       Perhatian dengan lingkungan berkurang
-       Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan
         Berkeringat






d)        Fasse IV (Menguasai)
Karakteristik :
-       Pengalaman sensori menakutkan dan mengancam
-       Klien tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan dengan  
        Lingkungan
-       Halusinasi berakhir dalam beberapa jam atau hari jika tidak ada terapi  
        terapeutik
-       Psikotik berat
Perilaku Pasien :
-       Perilaku panik, potensi akut suicide
-       Aktifitas fisik merefleksikan halusinasi
-       Tidak mampu berespon pada lebih dari satu orang
-       Tidak bisa berespon terhadap perintah yang kompleks
3.    Etiologi
·   Faktor prdisposisi :
-       Faktor genetik
-       Faktor Neurobiology
-       Studi Neurotransmiter
-       Psikologis
·   Faktor Presipitasi :
-       Sosial budaya
-       Stres lingkungan atau respon neurobiologis maladaptif
     Penuh kritik
     Kehilangan harga diri
      Gangguan hubungan interpersonal
     Tekanan ekonomi
4.    Akibat
 Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan dengan orang lain. Apabila perilaku halusiansinya berupa hal yang tidak menyenagkan maka akan mengakibatkan individu tersebut melakukan atau mencederai orang lain dan lingkungan. (PPNI, 2002).


C.  Pohon Masalah
Effect                    :  Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunga
Core Problem        :  Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Causa                    :  Isolasi sosial                                     : Menarik diri

D.  Masalah yang muncul Dan data yang perlu dikaji

No
Data Fokus
Masalah Keperawatan
1. 
DS :
-   Klien mengatakan sering mendengar suara-suara gemuruh pada pagi dan malam.
-    Klien mengatakan pernah mondok di RSJ dengan penyakit yang sama.
DO :
-   Klien tampak sering komat-kamit
-    Klien sering menyendiri
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi Auditori
2.
DS :
-     Klien mengatakan sering mendengar bisikan-bisikan hingga membuatnya marah.
DO :
-     Klien bingung, kadang mengamuk dan memukul
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3.
DS :
-     Klien mengatakan sering menyendiri dan jarang mengobrol dengan teman atau orang lain.

DO :
-    Melamun, menyendiri, pasif
-    Interaksi dengan orang lain berkurang
Isolasi sosial : Menarik diri
      
E.  Diagnosa Keperawatan
1.    Gangguan persepsi sensori halusinasi (lihat, dengar, raba, kecap, bau)
2.    Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
3.    Isolasi sosial : menarik diri

F.   Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa               : Gangguan persepsi sensori halusinasi (lihat, dengar, raba, kecap, bau)
Tujuan Umum       : Klien mampu mengontrol halusinasinya
Tujuan Khusus      :
a.   Klien dapat membina hubungan saling percaya
KH   :  Setelah dilakukan ....x pertemuan klien menunjukkan tanda-tanda percaya   
            pada  perawat
Intervensi :
-       Sapa klien dengan ramah
-       Perkenalkan diri dengan sopan
-       Jelaskan tujuan pertemuan
-       Tunjukkan sikap emapati dengan menerima klien apa adanya dan beri
        perhatian
b.   Klien dapat mengenal halusinasinya
KH   :  Setelah dilakukan ....x pertemuan klien meyebutkan (isi, waktu, frekuensi,
            situasi, kondisi yang menimbulkan halusinasi)
Intervensi :
-       Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
-       Observasi tingkah laku klien sesuai dengan halusinasinya
-       Bantu klien mengenal halusinasinya
-       Diskusikan dengan klien tentang frekuensi dan waktu halusinasi
-       Kaji respon klien saat terjadi halusinasi

c.   Klien dapat mengontrol halusinasinya
KH   :  Setelah dilakukan ....x pertemuan klien meyebutkan tindakan yang dapat
           dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
Intervensi :
-      Identifikasi cara yang selama ini dilakukan saat terjadi halusinasi
-      Diskusikan manfaat cara tersebut
-      Diskusikan cara baru untuk mengendalikan halusinasi (menghardik,
        bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas, minum ibat
        teratur)
-       Beri kesempatan untuk melakukan cara tersebut saat halusinasinya
        timbul
d.   Klien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol halusinasinya
KH  :  Setelah dilakukan ....x pertemuan keluarga dapat meyebutkan pengertian, tanda  
           dan gejala, serta proses terjadinya halusinasi.
Intervensi :
-      Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan
-       Diskusikan dengan keluarga tentang :
-       Pengertian halusinasi
-       Tanda dan Gejala halusinasi
-       Cara yang dapat dilakukan untuk memutus halusiansi
-       Proses terjadi halusinasi
-       Obat-obat untuk halusinasi
-       Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
-       Berikan informasi waktu kontrol
e.   Klien dapat memanfaatkan obat dengan benar
KH   :  Setelah dilakukan ....x pertemuan klien dapat mengerti obat yang perlu
            diminum
Intervensi :
-       Diskusikan frekuensi, dosis, dan manfaat obat
-       Anjurkan minum obat
-       Diskusikan efek bila menghentikan obat tanpa konsultasi
-       Jelaskan 5 tepat dalam penggunaan obat


STRATEGI PELAKSANAAN I
HALUSINASI

Pertemuan       : Ke 1
Hari / Tanggal :
Waktu             :

A.    Proses Keperawatan
1.    Kondisi Klien
DS    :  Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya.
DO   :  Klien tampak pasif,terlihat suka menyendiri,berbicara sendiri.
2.    Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3.    Tujuan
-        Klien tampak mengenal halusinasi
-        Klien dapat menghardik halusinasi
4.    Tindakan Keperawatan
-        Mengidentifikasi jenis halusinasi
-        Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
-        Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
-        Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
-        Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
-        Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
-        Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
-        Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
         kegiatan harian
  

  

B.     Srategi Pelaksanaan Halusinasi
1.    Orientasi
a.    Salam Terapeutik
”Assalamualaikum Mas, Saya perawat yang akan merawat mas. Perkenalkan nama saya Totok Supriadi, biasa di panggil Totok, saya dari Akper Dr. Soedono Madiun. Betul ini mas Adi? Kalau boleh tahu nama lengkapnya siapa? Senang dipanggil apa?”

b.    Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini? Ada keluhan yang mas rasakan hari ini?”
c.    Kontrak
Topik   : “Baiklah, saya dengar mas sering mendengar suara-suara yang tak
               tampak wujudnya, benar begitu? bagaimana kalau kita bercakap-
               cakap tentang suara tersebut.”
Waktu : “Berapa lama?? Bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang
              mengenai jenis halusinasi,respon terhadap halusinasi, dan kita akan
              belajar menghardik halusinasi, dan kita masukkan ke dalam jadwal
              kegiatan sehari-hari pasien.”kalau 20 menit. Baiklah Mas, bagaimana
Tempat : “Dimana kita bisa bercakap-cakap?? Disini,di depan??”

2.    Fase Kerja
“Apakah mas Adi mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara tersebut? Apakah terus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering mas Adi dengar? Berapa kali sehari? Biasanya pada keadaan apa suara itu muncul? Mas Adi, saya punya beberapa cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan aktivitas yang sudah terjadwal, dan yang keempat dengan minum obat yang teratur. Iya.. Bagaimana kalau kita belajar cara yang pertama dulu, yaitu dengan menghardik. Mau tidak mas?? Caranya begini : saat suara itu muncul, langsung Mas Adi bilang ,”Saya tidak mau dengar. Pergi..!! Kamu suara palsu.” Begitu di ulang-ulang terus sampai suara itu tidak terdengar lagi. Mengerti mas? Coba mas Adi peragakan. Nah begitu, bagus. Coba lagi. Ya bagus, Mas Adi sudah bisa.”

3.    Fase Terminasi
a.     Evaluasi subyektif
       “Bagaimana perasaan mas Adi setelah latihan tadi??”
b.    Evaluasi obyektif
“Kalau suara itu muncul lagi, coba latihan yang tadi di terapkan. Coba Mas jelaskan jenis halusinasi, isi halusinasi, waktu berhalusinasi, frekwensi, situasi yang menimbulkan halusinasi, respond dan cara menghardik halusinasi, Apakah Mas masih ingat??”

4.    Rencana Tindak Lanjut
“Jika hal tersebut (mendengar,melihat,mencium,merasa,mengecap) itu muncul?? tolong Mas praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan masukkan dalam jadwal harian Mas.”

5.    Kontrak
Topik          : “Baikalah Mas nanti kita akan bercakap-cakap lagi, kita akan
                       diskusikan dan latihan mengendalikan dengan bercakap-cakap
                      dengan orang lain.”
Waktu         : “Mau jam berapa Mas? Ya baiklah jam 10.00 saja.”
Tempat        : “Tempatnya disini saja lagi ya Mas. Sampai ketemu nanti Mas.
                       Assalamualaikum.”





STRATEGI PELAKSANAAN II
HALUSINASI

Pertemuan       : Ke 2
Hari/Tanggal   :
Waktu             :

A.    Proses Keperwatan
1.    Kondisi Klien
DS    : Klien mengatakan sudah menghardik halusinasinya
DO               : Klien tampak respon saat berkomunikasi dengan perawat
2.    Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3.    Tujuan
a)    Tujuan Umum : Resiko mencederai dir sendiri , orang lain dan lingkungan tidak
       terjadi.
b)   Tujuan Khusus
  Mengevaluasi jadwal harian pasien
-   Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
     orang lain.
-   Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam kegiatan harian.
4.    Tindakan keperawatan
-   Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
-   Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
    dengan orang lain.
-   Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B.  Srategi Pelaksanaan Halusinasi
1.    Kontrak
Topik             : “seperti  janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang
                          bagaimana cara mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
                          cakap dengan orang laindan kita masuk dalam jadwal kegiatan”.
Waktu            : “waktunya 15 menit cukup kan?”
Tempat           : “Tempatnya disini saja ya mas?”
2.    Fase Kerja
“Sekarang mas kita akan belajar cara kedua untuk mencegah halusinasi yang lain dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain jadi kalau mas mulai mendengar suara-suara langsung saja cari teman untuk ngobrol dengan mas. Contohnya begini bapak : tolong saya mulai mendengar suara-suaraayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang di rumah misalnya anak bapak katakan : nak, ayo ngobrol dengan bapak, coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan . Ya begitu bagus! Nah, sekarang kita masukan  ke dalam jadwal harian mas ya?”
3.    Fase terminasi
a.   Evaluasi Subyektif           : “Bagaimana perasaan mas setelah latihan ini?”.
b.   Evaluasi obyektif             : “Jadi sudah ada berapa cara yang mas pelajari untuk
                                                   mencegah suara-suara itu?,ya bagus sekali”.
4.    Rencana tindak lanjut
 “Nah, kalau halusinasi itu datang lagi mas bisa coba kedua cara itu ya mas!”
5.    Kontrak
Topik             : “Baiklah mas besok saya akan dating lagi kita akan bahas cara
                         mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan”.
Waktu            : “Mau jam berapa kita ketemu mas? Ya baiklah jam 09.00 saja”.
Tempat           : “Tempatnya mau dimana mas? Di sini saja mas? Ya baiklah sampai
                         ketemu besok lagi ya mas!”.



STRATEGI PELAKSANAAN III
HALUSINASI

Pertemuan       : Ke 3
Hari/tanggal    :
Waktu             :

A.  Proses Keperawatan
1.    Kondisi Klien
DS     :  Klien mengatakan sudah menghardikhalusinasinya dan klien mengatakan
              dengan berbincang-bincang halusinasinya tidak datang.
DO     :  Klien tampak respon saat berkomunikasi dengan perawat.
2.    Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3.    Tujuan
a.    Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
b.    Tujuan Khusus
-       Klien dapat membina hubungan saling percaya
-       Klien dapat mengenal halusinasinya
-       Klien dapat mengontrol halusinasinya
-       Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
-       Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
c.    Keperawatan
-       Melatih tindakan pasien beraktifitas secara terjadwal
-       Menjelaskan aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasinya
-       Mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien
-       Melatih pasien melakukan aktifitas
-        Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang
         telah dilatih
-       Memantau pelaksanaan jadwal : memberikan kegiatan terhadap
         perilaku pasien yang positif



B.  Strategi Komunikasi
1.    Fase Orientasi
a.    Salam Terapeutik
       “Assalamuallaikum  mbak”.
b.    Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah suara-suara itu masih muncul? Apakah sudah dipakai 2 cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya?
c.    Kontrak
Topik      : Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang cara
                 mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan dan kita
                 masukan kedalam kegiatan harian.
Waktu    : mau berapa lama kita berbincang-bincang? Apa 15 menit cukup?
Tempat   : Tempatnya mau dimana mbak? Baiklah disini saja.
Tujuan    : agar bapak dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
                  kegiatan.
2.    Fase Kerja
“Kegiatan apa saja  yang masih mbak bias lakukan? Pagi-pagi apa kegiatan mbak? Terus jam berikutnya apa kegiatan mbak? Banyak sekali kegiatan bapak setiap harinya. Mari kita latih 2 kegiatan hari ini. Bagus sekali mbak bisa melakukannya. Kegiatan ini dapat mbak lakukan untuk mencegah suara-suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih agar dari pagi sampai sore mbak ada kegiatan. Mbak, bagaimana kalau kegiatan yang tadi kita latih dimasukkan kedalam jadwal kegiatan harian mbak?”
3.    Fase Terminasi
a.    Evaluasi Subyektif
      “Bagaimana perasaan mbak setelah kita latihan tadi?”
b.    Evaluasi Obyektif
       “Coba mbak sebutkan kembali 3 cara yang telah saya latih apabila halusinasi itu  
        datang? Ya bagus sekali.”
4.    Rencana Tindak Lanjut
“Nanti mbak lakukan latihan secara mandiri sesuai jadwal yang kita buat agar suara-suara itu tidak muncul lagi.”

5.    Kontrak
Topik             : Baiklah bapak besok saya akan datang kembali untuk membahas cara
                         mengontrol halusinasi dengan cara minum obat.
Waktu            : mau jam berapa pak kita berbincang-bincang? Ya baiklah
                         jam 10.00-10.15 WIB.
Tempat           : Mau dimana kita ketemunya? Ya baiklah disini saja.




STRATEGI PELAKSANAAN IV
HALUSINASI

Pertemuan       : Ke-4
Hari/Tanggal   :
Waktu                         :

A.  Proses Keperawatan
1.    Kodisi Klien
DS     : Klien mengatakan dengan bercakap-cakap halusinasinya tidak dating dan
  klien mengatakan senang bercakap-cakap dengan perawat.
DO     : Dengan melakukan kegiatan bercakap-cakap dengan teman / perawat, klien  
             tidak melamun lagi.
2.    Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
3.    Tujuan
a.    Tujuan Umum     : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
b.    Tujuan Khusus    :
-       Klien dapat membina hubungan saling percaya
-       Klien dapat mengenal halusinasinya
-       Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
-       Klien dapat mengontrol halusinasinya
-       Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4.    Tindakan Keperawatan
-       Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
-       Jelaskan pentingnya menggunakan obat secara teratur
-       Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
-       Jelaskan bila putus obat
-       Jelaskan cara mendapatkan obat
-       Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
        obat,benar pasien,benar cara,benar dosis,benar waktu)


B.  Strategi Komunikasi
1.    Fase Orientasi
a.    Salam Teraupeutik
      “Asalammualaikum mbak? Sesuai dengan janji saya kemarin,saya dating lagi  
       ketempat ini.”
b.    Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini?Apa bapak masih ingat 3 cara yang sudah suster latih kemarin, cara untuk mengusir suara-suara? Apakah ketiga cara tersebut sudah dimasukkan ke dalam jadual kegiatan harian mbak?”
c.    Kontrak
Topik         : Sesuai janji suster kemarin,hari ini kita akan mendiskusikan tentang   
                    obat-obatan yang mbak minum dan kita akan memasukkan ke dalam
                                      jadwal kegiatan harian mbak.
Wasktu      : Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Ya baiklah disini saja.
Tujuan       : Dari diskusi ini agar bapak minum obat dengan prinsip 5 benar /agar
                    mbak mematuhi cara minum obat.
2.    Fase Kerja
“Mbak adakah perbedaan setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suaranya masih terdengar atau sudah hilang? Begini mbak, obat ini berguna untuk mengurangi atau menghilangkan suara-suara yang selama ini mbak dengar. Berapa macam yang mbak minum?? (perawat menyiapkan obat pasien). Ini yang berwarna orange (CPZ) diminum 3 kali sehari ya, jam 7 pagi, jam 1 siang dan 7 malam yaa gunanya untuk menghilangkan suara-suara yang mbak dengar. (Pasien mengangguk-ngangguk). Ini yang putih (THP) diminum 3 kali sehari juga, gunanya agar mbak rileks dan tidak kaku. Kalau yang merah jambu ini (HP) 3 kali sehari juga sama minumnya dengan yang putih dan orange, gunanya yang merah jambu ini untuk menenangkan pikiran mbak biar tenang. Kalau suaranya sudah hilang, minum obatnya tidak boleh dihentikan yaa, harus diminum sampai benar-benar habis, biar suara-suaranya tidak muncul lagi. Kalau obatnya habis bisa minta ke dokter lagi. Bisa juga dikonsultasikan kalau berhenti minum obat, apa akibatnya pada mbak. Begitu yaa.. Pastikan juga kalau obat yang diminum benar punya mbak, jangan samapi keliru dengan orang lain. Mbak juga harus banyak minum air yaa..”


3.    Fase Terminasi
a.    Evaluasi Subjektif           : “Bagaimana perasaan mbak setelah berbincang-
                                                 bincang tentang obat tadi”
b.    Evaluasi Objektif            :  “Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah
                                                 suara-suara? Coba mbak sebutkan kembali?”
4.    Rencana Tindak Lanjut
“Nanti mbak jangan lupa minum obat agar suara-suara itu tidak datang lagi,kemudian mbak bisa memasukkannya ke dalam jadual kegiatan harian mbak.”
5.    Kontrak
Topik             : Baiklah mbak pertemuan kita cukup sampai disini,besuk saya datang
                         lagi untuk memastikan bapak masih dengar suara-suara atau tidak
                         kita akan berdiskusi tentang jadual kegiatan harian bapak.
Waktu            : Waktunya mau jam berapa pak? Jam 09.00-09.15,apa mbak bersedia?





DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa kepoerawatan Aplikasi pada praktis klinis (terjemahan). Edisi 6. Jakarta : EGC.
Maramis, W.F, 1990. Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, Surabaya.
Rasmun, 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, Jakarta : CV. Sagung Seto.
Stuart & Sunden, 1998. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta : EGC.